Para pedagang yang lain langsung ketakutan dan mohon ampun pada In Jwa. Dengan penuh amarah In Jwa bertanya siapa lagi diantara mereka yang ...

Jackpot Episode 10 - 2

Para pedagang yang lain langsung ketakutan dan mohon ampun pada In Jwa. Dengan penuh amarah In Jwa bertanya siapa lagi diantara mereka yang ingin menghinanya dan mengkhianatinya.




Keesokan harinya, Pangeran Yeoning mendapat laporan dari pengawalnya bahwa Heo Baek Ki semalam masuk ke rumah gisaeng tapi sejak itu dia tidak kelihatan lagi dan dari keterangan beberapa saksi, kabarnya In Jwa ada di sana waktu itu.


Yakin kalau In Jwa sudah membunuhnya, Pangeran Yeoning membawa rombongan anak buahnya ke rumah gisaeng. Setibanya disana, mereka disambut oleh Hwang Gu yang tampak tegang melihat kedatangan pangeran.


Sementara anak-anak buahnya berpencar, Pangeran Yeoning masuk ke salah satu ruang pertemuan yang merupakan tempat pertemuan para pedagang dan In Jwa semalam. Tapi tentu saja ruangan itu sudah kosong sekarang.

Pangeran duduk di ujung meja dan mulai membayangkan kronologis kejadian pembunuhan itu hingga akhirnya dia menyadari Baek Ki kemungkinan di bunuh saat dia hendak pergi.


Yakin akan menemukan jejak darah di celah pintu, Pangeran Yeoning langsung menyiram celah pintu dengan air cuka dan sedetik kemudian, noda darah yang awalnya sudah dihapus itu langsung muncul.


In Jwa dengan cepat mendapat kabar tentang investigasi yang dilakukan Pangeran Yeoning. Moo Myung yakin kalau pangeran tidak akan tinggal diam begitu saja. Tapi yang In Jwa khawatirkan bukan pangeran, melainkan raja.


Setelah mendapatkan bukti itu, Pangeran Yeoning langsung melaporkanya pada raja dan memberitahu raja bahwa pelakunya tak lain tak bukan adalah guru baduk Putra Mahkota Yoon, Yi In Jwa. Keyakinannya akan pelaku didasarkan pada sifat In Jwa yang dikenal suka menyuap para pejabat.

"Mereka yang mengejar uang, jauh lebih cepat dalam memperhatikan pergerakan kekuasaan. Satu hari mereka memberi uang pada faksi Soron, lalu bagaimana bisa mereka memberi uang pada faksi Noron di hari berikutnya?"

Raja yakin sekali bahwa apa yang dilakukan para pedagang adalah karena mereka yakin bahwa kekuasaan besar sekarang mulai teralih ke arah Pangeran Yeoning.


Tapi tiba-tiba raja tampak mulai cemas saat dia menyadari korban yang katanya dibunuh In Jwa itu adalah kepala pedagang. Pangeran Yeoning meminta izin raja untuk menyelidiki masalah ini apalagi sampai saat ini dia belum menemukan mayat korban. Tapi anehnya, raja malah melarangnya dengan alasan pejabat tinggi tidak perlu menyelidiki pembunuhan rakyat biasa.


Dae Gil melampiaskan sedih dan sakit hatinya dengan mengampak kayu-kayu bakar dengan penuh amarah. Musim demi musim terus berganti hingga pada musim semi tahun berikutnya, kemampuan Dae Gil meningkat pesat dan sudah bisa memotong kelopak bunga yang melayang di udara. Dia juga berhasil memanah tepat di tengah lubang koin nyang.


Ujian berikutnya, dia berdiri di tengah-tengah sungai air terjun dengan mata tertutup sementara Che Gun berlarian mengelilinginya sambil menembakkan beberapa anak panah tepat ke arahnya. Dengan berbekal kemampuan pendengarannya yang sekarang semakin tajam, Dae Gil berhasil memotong semua anak panah yang ditembakkan padanya ditengah gemerisik suara air terjun. Dia bahkan berhasil menangkap anak panah terakhir tepat sebelum anak panah itu menancap ke matanya.


Setelah selesai, mereka makan bersama dimana Che Gun mengaku bahwa alasannya mau menjadikan Dae Gil sebagai muridnya adalah karena Dae Gil mirip seseorang yang dikenalnya. Che Gun bertemu orang itu saat dia masih muda sekitar seumuran Dae Gil sekarang. Che Gun berkata kalau orang itu seperti harimau dan mereka selalu bersama melewati berbagai cobaan hidup dan mati.

"Kau sangat mirip orang itu"

"Oh, dia pasti orang yang sangat hebat dan tampan"

"Dia raja harimau, raja gunung, dia penguasa gunung"

"Aku juga akan menjadi seperti itu. Raja harimau, raja gunung. Harimau yang hebat"

Che Gun tersenyum mendengarnya. Dia mendukung hal itu dan karena sekarang kemampuan Dae Gil sudah sangat baik, dia menyuruh Dae Gil untuk turun gunung sekarang.


Dengan agak canggung dan suara agak bergetar karena sedih, Che Gun mengantarkan Dae Gil keluar sambil menasehatinya untuk makan dengan baik, jangan berkelahi dengan orang lain dan selalu waspada setiap saat. Dae Gil bersujud hormat padanya dan berjanji tidak akan pernah melupakan bantuan Che Gun dan akan menjalani hidupnya demi Che Gun.


"Terima kasih, guru. Terima kasih banyak" tangis Dae Gil.

Che Gun memprotes air matanya dan menyuruh Dae Gil pergi sekarang juga. Padahal setelah Dae Gil pergi, Che Gun juga terisak sedih.


In Jwa sedang menikmati indahnya bunga-bunga saat Hwang Gu datang dan memberitahunya bahwa dia tak mampu meramal Dae Gil dengan kemampuan mistisnya. Hwang Gu berkata bahwa jiwa Dae Gil sangat kuat dan karena itulah dia tidak mampu meramalnya.


Hong Mae muncul tak lama kemudian dan memberitahu In Jwa bahwa dia sudah mengumpulkan orang-orang berperangai buruk.


Di suatu kedai, seorang pria sedang makan seorang diri sementara di sebelahnya beberapa pria sedang asyik berkumpul dan berjudi. Pria itu lalu ikut bermain tapi dia kalah terus. Lawan-lawan mainnya, diam-diam bermain curang dengan saling bertukar kartu.

Sayangnya mereka tidak tahu kalau pria itu punya kemampuan pendengaran yang sangat baik. Dan dari kemampuan itulah, dia mengetahui kecurangan lawan-lawan mainnya. Kesal, dia langsung memelintir tangan salah satu lawannya hingga kartu-kartu yang disembunyikannya di lengannya, berjatuhan. Tak tanggung-tanggung, dia juga langsung menusuk kaki lawannya yang satunya dimana dia menyembunyikan kartunya di celana.


Siapakah pria itu?... Hong Mae memperkenalkannya sebagai Algojo Hwanghae (Kim Sung Oh). Seseorang yang mampu mendengarkan suara paling pelan sekalipun.


Beberapa prajurit menerobos masuk ke rumah salah satu rumah pejabat, langkah mereka kemudian diikuti oleh seorang pria yang datang dengan membawa lencana kerajaan dan melabrak si pejabat dan menuduh si pejabat menyembunyikan beras padahal rakyat bisa menderita kelaparan karena kekeringan.

Anak-anak buahnya lalu membawa beberapa karung beras yang dia klaim sebagai pajak negara. Saat si pejabat memprotesnya dan menuntut pria itu untuk memperlihatkan perintah kerajaan. Seketika itu pula, muncul seorang pria lain yang mengklaim bahwa dia datang dengan membawa perintah kerajaan yang dilengkapi dengan stempel kerajaan. Jadilah pria itu sukses mengangkut semua beras si pejabat.


Tapi apakah pria itu benar-benar seorang pejabat asli?... Hong Mae memperkenalkannya sebagai Gol Sa, penipu terbaik Joseon. Seseorang yang bisa memalsukan segala hal di dunia ini dan pintar dalam permainan kartu.


Pria yang perangainya paling buruk adalah Hantu ke-6 yang sangat brutal dan selalu berhasil dalam permainan dadu. Dan saat dia dituduh berbuat curang, Hantu ke-6 langsung murka dan mengancam lawan mainnya dengan kapak. Tapi yang membuat Hong Mae penasaran, kenapa In Jwa mengumpulkan ketiga pria itu.


Ketiga pria itu sudah berkumpul di kasinonya Hong Mae. In Jwa muncul tak lama kemudian dan menyapa mereka bertiga dengan akrab. Ketiga pria itu memang mengenal In Jwa yang mereka kenal sebagai sarjana Baek Myun. Alasan In Jwa memanggil mereka bertiga kemari adalah ada seseorang yang belakangan ini berjudi di kasinonya dan selalu menang.


Dan orang itu ternyata Dae Gil yang sekarang penampilannya lebih rapi dan lebih mirip bangsawan. Dengan hanya memperhatikan lawan-lawannya, Dae Gil bisa tahu kartu-kartu apa saja yang mereka pegang. Dia bisa tahu kalau mereka bekerja sama untuk melakukan kecurangan.


Tapi dia mampu mengalahkan kecurangan mereka, mengambil uang mereka lalu mengakhiri permainannya dengan memperlihatkan topeng putih. Topeng yang sama persis dengan topeng yang dulu In Jwa gunakan dalam samarannya sebagai Sarjana Baek Myun.


In Jwa memberitahu ketiga pria bahwa si penjudi itu sudah berhasil meraup banyak uang dari berbagai kasinonya yang tersebar di berbagai daerah. Dan setiap kali dia datang, dia selalu mengenakan topeng putih. In Jwa yakin kalau si penjudi itu akan segera datang ke Hanyang sebentar lagi.

Hantu ke-6 tertawa mendengar itu. Jadi apakah sekarang In Jwa mengumpulkan mereka bertiga di sini, karena dia takut pada si penjudi itu. Apakah In Jwa yang dulu pemangsa, sekarang menjadi mangsa. In Jwa memberitahu mereka bahwa si penjudi itu adalah Dae Gil, putra dari Baek Man Geum.


Si penjudi bertopeng putih itu akhirnya tiba di meja judi dimana In Jwa dan ketiga pria sudah menunggunya.



Sementara di tempat lain, ada seorang penjudi lain yang sama-sama memakai topeng putih. Dia masuk ke rumah gisaeng dimana para pria sedang mempertaruhkan uang-uang mereka dalam sebuah permainan judi yang dimainkan para gisaeng. Si penjudi bertopeng putih juga ikut bertaruh. Tak tanggung-tanggung, dia mempertaruhkan uang dalam jumlah besar.

Si penjudi bertopeng putih kalah dalam taruhannya tapi dia tidak peduli karena yang dia perhatikan bukan permainan judi para gisaeng, melainkan seorang kakek tua yang sedang duduk sendirian dan sedari tadi memperhatikannya dengan gelisah.


Saat si penjudi bertopeng putih itu mendekatinya, kakek itu bertanya "Apa kau datang untuk menangkapku, Sarjana Baek Myun?"


Sementara itu di kasinonya In Jwa, Algojo menarik paksa topeng putih si penjudi dan memperlihatkan wajah Dae Gil. Hmm... lalu siapakah si penjudi bertopeng putih yang ada di rumah gisaeng?


Si penjudi itu melepas sendiri topengnya dan ternyata dia adalah Pangeran Yeoning "Saya adalah anjing pemburu yang akan mengoyak leher Yi In Jwa"

"Kenapa anjing pemburu malah mengenakan topeng Sarjana Baek Myun?"

"Saya mencari anda tapi saya tidak tahu wajah anda. Saya pikir jika saya mengenakan topeng ini, anda pasti akan mengenali saya"

"Kenapa kau mencariku?"

"Saya berencana untuk menghancurkan semuanya hari ini, Sarjana Baek Myun... Yi In Jwa"


Gol Sa bertanya-tanya apa tujuan Dae Gil datang kemari. Dae Gil dengan santainya berkata kalau dia datang untuk menghancurkan kasino ini, bahkan dia berencana untuk menghancurkan semua kasino yang ada di Hanyang.

"Baek Dae Gil, apa kau sudah menjadi seekor harimau sekarang?" tanya In Jwa

"Kenapa manusia menjadi hewan? Aku hanya seorang manusia"

"Jadi, kau berencana untuk menghancurkanku?"


"Mulai sekarang, aku akan memotong kaki dan tanganmu lalu setelah itu aku akan memenggal lehermu, mau bertaruh? Apakah aku akan bisa melakukannya atau tidak?"

Dari kutudrama.com (ini hanya copas dari kutudrama karena web postingan muncul peringatan berbahaya)

0 Comments: